Diposkan pada Serial surah Al-Baqarah

People of Taqwa… part 2 {2:4}


Assalamu’alaikum Warohmatullah

Alhamdulillah masih diberi nikmat iman, nikmat sehat, dan banyak lagi nikmat lainnya yang perlu untuk disyukuri.

Melanjutkan serial AlBaqarah ini, kita sampai di ayat 4. Bagi yang kemaren-kemaren belum baca, bisa baca di bawah ini ya :

So, di ayat sebelumnya kita sudah membahas tentang salah satu kategori orang yang bertaqwa yang akan bisa mendapatkan petunjuk dari kitab ini (Quran). After all, akan ada banyak orang yang baca Quran tapi tidak mendapatkan petunjuk darinya. Nah, sekarang kita akan coba bahas kategori lain dari orang yang bertaqwa ini. Apa sih kategorinya? Dalam ayat ini Allah swt. Berfirman :

(وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ)

[Surat Al-Baqarah 2:4]

Terjemahan sederhananya adalah “dan mereka yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Rasulullah saw./Quran), dan kepada apa yang diturunkan atas orang-orang sebelum kamu (kitab-kitab sebelum Quran), dan terhadap hari akhir, mereka yakin (pasti akan terjadi)”

Sedikit lebih rumit dari yang biasanya, tapi mudah-mudahan bisa saya bantu permudah untuk memahaminya. Karena sebetulnya ada pesan kuat dan mendalam dari ayat ini. Sekaligus mungkin sindiran dan tamparan keras bagi kita yang hidup di zaman ini. Why? Let’s find out… :):)

Dimulai dari bagian pertama dari ayat ini, yang cukup menarik karena ajakannya adalah sama-sama beriman. Jika kita ingat, di ayat sebelumnya adalah ajakan beriman kepada yang ghaib, maka di ayat ini ajakannya adalah beriman kepada AlQuran dan kitab-kitab sebelumnya. Tapi kalo kita berpikir sedikit lebih dalam? Why spesifically say that? Bukankah di dalam perintah kepada yang ghaib itu juga sudah terkandung perintah untuk beriman kepada kitab Allah? Lalu kenapa secara spesifik harus disebutkan lagi? Wanna guess?

Karena salah satunya adalah untuk menegaskan kembali dan memberikan peringatan kepada audience di saat itu, bahwa kau tidak bisa sepenuhnya menjadi orang yang bertaqwa dan mendapat petunjuk, jika kau tidak beriman kepada kitab ini, dan juga kepada kitab sebelumnya. Btw, masih ingat siapa audience utamanya saat itu? Kaum muslimin, nasrani, dan yahudi yang ada di madinah, which is mereka belajar dan tau tentang kitab sebelum Quran. Dan di ayat ini bisa dikatakan spesifik untuk mereka yang belajar kitan sebelumnya, bahwa tidak cukup hanya beriman kepada kitab itu saja, tapi harus juga beriman kepada Quran. Jadi ayat ini bisa dikatakan sindiran kepada mereka, kenapa mereka masih tetap tidak mau beriman? Padahal jelas di dalam kitab mereka dikabarkan tentang Nabi terakhir, dan kitab terakhir. Tapi karena bukan dari bangsa mereka, mereka menolaknya.

Lalu apa yang bisa diambil dari ayat ini bagi kita generasi yang hidup di tahun 2016 ini? Bahwa mereka yang berilmu, punya kesempatan untuk lebih bertaqwa daripada mereka yang biasa-biasa saja. Dan mereka yang berilmu, juga punya kewajiban lebih untuk menyampaikan petunjuk yang mereka dapat dari kitab ini. Why? Karena di jaman dahulu pun tidak semua pemeluk agama yahudi atau nasrani adalah ahli kitab. Ada juga rakyat biasanya, yang hanya kerja sepanjang hari, gak sekolah, gak dapat pendidikan. Makanya ketika di bilang tentang kitab, itu seolah olah tertuju kepada kaum terpelajar. Karena hanya kaum terpelajar yang tau tentang kitab. Makanya itu pula, bagi kita yang diberi kesempatan lebih untuk belajar agama itu harusnya taqwanya juga lebih tinggi, bukan judgementnya yang lebih tinggi. Kitab Quran ini adalah petunjuk, dan petunjuk itu hanya akan berguna jika yang bersangkutan mencarinya. Bagi orang yang mempelajari kitab ini, tapi hanya untuk mengambil hukum-hukumnya, dia bisa saja dapat hukum yang dia cari, tapi dia belum tentu mendapatkan petunjuk atau hikmah dari kenapa hukuman itu Allah berikan. Bagi mereka yang belajar Quran ini hanya untuk mempelajari cara bacanya, dia bisa jadi Qori yang bagus tapi dia belum tentu jadi orang yang perilakunya sesuai petunjuk Quran. Makanya, sejak dari awal Allah sudah kasih kita orientasi, bahwa attitude kita haruslah alif lam mim, artinya, kita gak tau apa-apa, dan kita tetap tidak akan tau apa-apa. Datanglah dan pelajarilah Quran sebagaimana orang yang lagi nyasar dan butuh petunjuk jalan, Quran gak butuh kita, kita yang butuh Quran.

Salah satu fitur menarik juga dari ayat ini adalah, kita tau setelah Rasulullah saw. meninggal, ada banyak nabi-nabi palsu, bahkan sampai saat ini. Lalu dari mana kita tau bahwa mereka itu palsu? Ada dua hal. Pertama, karena sejak awal Allah bilang dengan kata kitab, yang sudah kita bahas bahwa kitab itu udah strict as it is, gak bisa diubah-ubah. So itu sudah jaminan. Kedua, di ayat ini, karena Allah cuma bilang kita cuma perlu percaya kepada kitab ini, dan kitab sebelum ini. That’s it. Tidak ada disebut kitab setelah ini. Seandainya masih ada kitab setelah Quran, maka Allah pasti sebutkan pula “wa maa unzila min ba’dika” yang artinya “dan dari apa yang kami turunkan setelahmu”. Tapi Allah gak bilang gitu. Makanya ini adalah jaminan, bahwa yang perlu kita imani adalah Quran dan kitab sebelumnya saja, yaitu taurat, zabur, dan injil. Kalo ada misalnya hari ini, atau beberapa tahun lagi yang ngaku nabi, dapat wahyu, dan bilang nerima kita lagi, sudah jelas pasti dia pendusta. No doubt about it.

Potongan terakhir dari ayat ini adalah tentang hari kiamat, which is so important. Kenapa harus spesifik menyebutkan hari kiamat? Bukankah sudah include juga ketika kita bilang percaya kepada yang ghaib? Karena, kita perlu tau dan sadari, bahwa kepercayaan dan keyakinan terhadap hari kiamat itu cuma ada di islam, bahkan hingga hari ini. Kalian boleh tanya, atau boleh survey kepada pemeluk agama lain, apakah hari akhir atau hari kiamat itu beneran ada? Dan apa yang akan terjadi di sana? Saya jamin, tidak akan ada yang bisa memberikan penjelasan yang jelas dan terinci, sebagaimana yang diajarkan agama islam. Kenapa? Karena bagi mereka, hari akhir itu gak benar-benar ada. Atau kalopun mereka percaya itu ada, konsepnya masih ngambang dan pasti akan ketauan keragu-keraguan mereka dari jawaban-jawabannya. Sebagai contoh, silahkan tanya? Bener gak sih ada hari kiamat? Bener gak sih kita ni akan diadili di hadapan Allah? Bener gak sih ada surga dan neraka? Bener gak sih gak semua manusia bakal masuk surga? Ada apa aja sih di surga? Berapa lama kita bakal di surga? Dan apa aja yang bisa kita lakukan di surga? Trus di neraka ada apa aja? Berapa lama kita disana? Apa aja yang bisa kita lakukan di neraka? Mungkinkah kita bisa selamat dari neraka? Dan mungkinkah kita diseret ke neraka walaupun sudah dikatakan masuk surga?

So, kenapa Allah perlu sebutkan keimanan tentang hari kiamat ini secara spesifik, karena keimana tentang hari kiamat ini sudah berangsur menghilang dari masyarakat saat itu, bahkan masih terbawa hingga masyarakat saat ini. Saya pribadi bahkan pernah baca salah satu perkataab teman saya yang non muslim, bahwa konsep surga dan neraka itu adalah surga itu ketika kau melakukan hal baik kepada orang lain, dan orang bahagia dengan itu. Dan neraka itu sebaliknya. Dan sebagian lagi berkata, hidup itu selesai ketika mati, gak ada itung-itungan ataupun siksa. Sebagian lagi berkata, ketika kita mati, kita akan hidup kembali menjadi sesuatu yang lain, atau lebih dikenal dengan konsep reinkarnasi. Semua ini menunjukkan, bagi saya pribadi setidaknya, bahwa mereka memang tidak yakin dengan hari kiamat. Dan itu sebabnya Allah tegaskan sejak awal surat, bahwa keyakinan tentang hari kiamat itu adalah penting. Dan tidak mungkin dimiliki kecuali bagi orang yang bertaqwa.

Selain itu, ada 2 hal yang menarik disini. Pertama struktur kalimat yang digunakan, which passive form. Dan yang kedua penggunaan kata “yaqin” itu sendiri. Kenapa dalam bentuk passif? Karena yang ingin ditonjolkan adalah tentang hari akhiratnya. Sama seperti kalimat, “saya makan apel” dengan “apel dimakan saya”. Saya makan apel yang ditonjolkan adalah sayanya. Sedangkan kalimat apel di makan saya, yang ingin ditonjolkan adalah apelnya. Nah ayat ini juga begitu. Di bagian akhir itu, Allah dengan tegas menyebutkan, dan tentang hari akhirat itu, no doubt about it. They’re sure, very sure that it will happen. Dan yang kedua, penggunaan kata “yaqin”. Kenapa yakin? Bukankah sebelum-sebelumnya cuma disebut beriman? Bukankah percaya saja sudah cukup? ternyata tidak. Allah bilang, kalo untuk urusan akhirat, percaya saja tidak cukup, kamu harus benar-benar yakin. Apa bedanya? Bedanya adalah, orang bisa saja percaya tapi gak yakin. Tapi orang yang yakin, tidak mungkin dia gak percaya. Sebab, keyakinan itu adalah masalah hati. Lebih banyak dimainkan oleh aspek psikologis dan emosi. Sedangkan keyakinan, baru akan muncul setelah melalui proses berfikir, ada respon atas indera, dan dari situ otak kita mengolahnya sampe muncul keyakinan. Sebuah contoh sederhana, dosen masuk kelas, lalu bilang, “kalian besok gak usah hadir ujian, semuanya sudah dapat A”. Respon mahasiswa pasti akan macam-macam. Ada yang percaya begitu saja tanpa peduli, dan benar-benar gak datang besoknya. Tapi ada juga yang percaya tapi gak yakin, apa iya sih? Efeknya apa? Dia masih akan datang besok, jaga-jaga kalo dosennya bohong. Kapan mahasiswa itu akan yakin? Kalo misalnya dosen itu datang, bilang seperti tadi, sambil nunjukin rekap nilai kepada seluruh mahasiswanya, bahwa mereka benar-benar dapat A semua. Dijamin, besok satupun gak akan ada yang datang, ya gak? Nah sama, kapan kita yakin kalo akhirat itu pasti terjadi? Ketika kita sudah membaca apa yang Allah sampaikan di dalam Quran, dan kita juga melihat alam yang ada di sekitar kita. Allah sudah memberikan kita begitu banyak ayat dan contoh untuk membuat kita yakin, bahwa akhirat itu ada. Dan itu tugas kita untuk berpikir, dan menumbuhkan keyakinan, bahwa akhirat itu pasti terjadi.

So, sekian dulu untuk ayat 4. In syaa Allah next kita lanjut ke ayat 5. Mudah-mudahan bisa terus istiqomah untuk nulis serial ini, sembari terus nulis teman-tema lainnya juga. Semoga tulisan ini bermanfaat dan saya terus menerima masukan dan diskusi dari pembaca sekalian untuk menambah ilmu dan wawasan kita, sehingga kita semakin percaya dan semakin yakin atas apa yang Allah swt. Perintahkan di dalam AlQuran. Akhirul kalam.

Wassalamu’alaikum warohmatullah

Penulis:

hanya seorang yang luar biasa dimana selalu ada saja yang menjadikannya terasa istimewa...

Satu tanggapan untuk “People of Taqwa… part 2 {2:4}

Tinggalkan komentar